Selasa, 10 Agustus 2010

Puasa dan Budaya Kerja

 

Puasa Ramadhan sebagai ibadah mahdhoh yang berkaitan antara diri pribadi dengan Allah juga merupakan ibadah sosial yang selalu berusaha mengembalikan fitrah manusia untuk memahami eksistensi diri terhadap Tuhan dan manusia lainya tidak hanya berkaitan dengan pencegahan diri pada hal-hal yang bersifat badaniyah dan rohaniah akan tetapi juga mencakup refleksi diri terhadap kemauan dan semangat untuk memenuhi kebutuhan baik kebutuhan diri pribadi maupun kebutuhan orang-orang yang berada di bawah tanggung jawabnya termasuk di dalamnya istri, anak-anak maupun anggota keluarga yang lainnya. Di samping itu usaha untuk mengolah sumber daya yang ada dalam diri disebabkan proses pendidikan, latihan dan penggemblengan jiwa untuk selalu bersikap sabar dan ulet dalam menghadapi hidup.

Sebagai sarana penggemblengan jiwa dimaksudkan agar setiap muslim senantiasa memiliki ketahanan mental dan kesabaran serta keuletan dalam berusaha memenuhi kebutuhan. Dalam hal ini ada beberapa aspek yang memiliki keterkaitan yang erat antara pelaksanaan ibadah puasa dengan motivasi untuk bekerja,pertama, puasa menanamkan kejujuran, baik jujur dalam perkataan dalam hal ini akan memberikan pengaruh yang bersikap vertikal yaitu kepercayaan antara atasan dengan bawahan atau bawahan dengan atasan dan baik yang bersifat horizontal antara pekerja dengan pekerja yang lainnya karena aspek komunikasi menempati posisi yang penting karena manakala komunikasi yang baik disertai dengan kejujuran maka akan terbentuk suasana kerja yang harmonis dari masing-masing individu.

Selain kejujuran perkataan juga kejujuran tindakan di mana setiap muslim diharapkan selalu menempatkan tindakannya sesuai dengan apa yang dikatakan dan apa yang dikatakan dan diperbuat akan selalu berdasakan kejujuran. Sebagaimana Rasulullah bersabda yang artinya Kejujuran menunjukkan kebaikan dan kebaikan menunjukkan kepada surga, dan barangsiapa yang selalu jujur (baik perkataan maupun perbuatan) maka dia akan disebut sebagai orang yang jujur. Dan begitu sebaliknya barang siapa yang selalu dusta maka dia disebut sebagai pendusta. Keadaan pribadi dan kelompok yang selalu berdusta akan berakibat pada hancurnya tata aturan dan manajemen pekerjaan yang sudah ditetapkan yang pada akhirnya bukan kesuksesan pekerjaan yang didapat sebaliknya kebangkrutan pekerjaan karena tidak satupun yang menjaga nilai-nilai kejujuran.



Kedua, puasa mengajarkan agar setiap pribadi selalu menjalin kerjasama yang harmonis dari team kerja. Sebagaimana yang dijelaskan dalam Alqur'an yang artinya "saling tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan takwa dan janganlah saling tolong menolong dalam keburukan dan permusuhan atau pelanggaran. Setiap pribadi Muslim yang menjalankan puasa dengan keikhlasan dan dengan mengharapkan ridho dari Allah, secara langsung maupun tidak langsung akan dilatih untuk menolong sesama, memperbanyak sedekah, membantu fakir miskin, dan saling membantu mengangkat derajat saudaranya agar setiap muslim benar-benar merasakan nikmatnya dalam bermasyarakat. Jika suatu perusahaan atau instansi tertentu hidup dalam atmosphere kebersamaan dan terwujudnya empati yang tinggi terhadap kesulitan orang lain maka akan menjamin suksesnya suatu pekerjaan.

Ketiga, puasa juga melatih untuk selalu disiplin, baik disiplin waktu maupun disiplin dalam tuturkata dan pergaulan. Hal ini tercermin dari perilaku individu dalam berpuasa, disaat perut lapar badan lemah tak berdaya digoda dengan berbagai hidangan yang nikmat dan lezat, meskipun tak satupun orang yang melihat tapi dia yaqin bahwa Allah melihat, sehingga demi nilai-nilai kedisiplinan ia rela menahan rasa lapar hingga waktunya diperbolehkan. Dikaitkan dengan pekerjaan seperti halnya masuk dan pulang kerja tepat waktu menyelesaikan tugas sesuati planing dan tugas selain itu memunculkan kreatifitas dalam pekerjaan agar semua target bisa diselesaikan secara optimal.

Keempat, puasa sebagai latihan untuk hemat, sebagaimana Rasulullah mencontohkan ketika beliau berbuka cukup hanya dengan tiga buah kurma. Hal ini selajan dengan upaya untuk membangun pribadi yang mampu mengendalikan diri dari sikap berfoya-foya, menghambur-hamburkan uang, mubadzir dalam hal makanan karena eksistensi puasa adalah agar mampu menahan diri dari hawa nafsu, baik nafsu serakah, dan kebiasaan menghambur-hamburkan uang dengan sia-sia.

Dalam konteks pekerjaan, puasa mencitrakan diri pribadi muslim agar selalu disiplin waktu, disiplin tugas pokok dan fungsi personal sehingga suatu institusi akan berjalan sesuai garis aturan yang ditetapkan. Dengan demikian harmonisasi dalam pekerjaan pun akan berjalan dengan baik.

Jika masing-masing pribadi Muslim memahami dan menghayati kadungan nilai dari pelaksanaan ibadah puasa seperti nilai kejujuran, kebersamaan, empati, kedisiplinan dan sikap kepekaan sosial maka insya Allah suana kerja dan efektifitas serta kreatifitas kerja akan berjalan dengan sepenuhnya kesadaran masing-masing personal. semoga...

 


Penulis:
M. Ali Amiruddin, S.Ag.
Guru SLB Negeri Metro Lampung