Kamis, 09 Juni 2011

Filosofi Ulat

Akhir-akhir ini banyak orang disibukkan oleh adanya ulat, entah apapun  namanya ulat adalah binatang kecil pemakan daun-daunan. Sungguh ulat telah memberikan sensasi luar biasa, padahal itu baru satu jenis ulat  saja sudah ribuan wartawan meliput dan ahli sains ikut ambil bagian membuat obat untuk membasmi ulat bagaimana jika ribuan bahkan jutaan mungkin akan menjadi bencana nasional.

Tapi yang tak pernah dipahami oleh kita hewan apa sebenarnya ulat itu. Ulat hanya makhluk kecil yang tak berdaya, dia akan makan makanan dari satu jenis yang itu memang menu utama dan tidak akan mungkin makan selain dari makanan yang menjadi hak perutnya. Dia akan mencari di mana dapat menemukan makanannya. Tapi itulah ulat, hanya seekor hewan kecil yang tak berdaya berusaha numpang singgah di sudut negeri yang begitu luas untuk dapat mendapatkan makanan dan itu tak akan lebih dari sekecil perutnya. Tapi apa daya karena dianggap hama ulatpun menjadi musuh utama, racun, bahan kimia dan semua racikan obat disemprotkan untuk membunuh ulat. Dalam hati ulat menangis....."Oh Tuhan betapa aku kau ciptakan dianggap sebagai bencana sedangkan aku hanya makan tak lebih dari yang menjadi hak ku." Menyedihkan sekali kehidupan ulat.

Jika kita menengok ke belakang, betapa Allah SWT sudah memfirmankan dalam Kitabnya bahwa tidaklah Allah menciptakan sesuatupun yang sia-sia dengan kata lain sekecil apapun Ulat, Allah memberikan hikmah bahwasanya manusia sungguh tidak dapat berdaya ketika manusia keluar dari aturan2 Allah. Bagiamana ulat tidak dianggap perusak tanaman petani, jika hutan tempat tinggal ulat pun dihancurkan. Jangankan memikirkan makanan mewah, tempat tinggal mereka sudah dirusak, bahan makanan sudah habis dibakar dan ditebang, burung-burung yang memangsanyapun dibunuh. Sekali lagi ulat hanya makhluk kecil yang ingin hidup di sudut bumi ini.

Tapi sayang ulat tidak dijadikan ibrah bagi manusia, jika manusia sadar, mereka sudah  melampaui batas . Manusia dengan mudahnya korupsi  uang yang berjuta-juta bahkan bertrilyun-trilyun dihabiskan hanya untuk memenuhi isi perutnya yang hanya sebesar kepalan tangan. Orang-orang kaya hidup berlebihan sedangkan hamba yang miskin dalam ketiadaaan.
Sungguh ironis, ketika mereka dengan pongahnya korupsi, dari masyarakat level pejabat sampai petani pun korupsi, hanya bedanya mereka yang pejabat dengan sekarung uang, tapi petani korupsi dengan tidak mau menunaikan jakatnya tuk orang lain.

Gambaran fakta inilah yang seharusnya membuat kita sadar bahwa jangan menyalahkan ulat yang datang ke pemukimanm warga, ke lahan pertanian, tapi manusia sendirilah yang mestinya sadar mereka sudah menganiaya salah satu makhluk yang tak berdaya "ulat".

Sumber: rinaldimunir.wordpress.com

Dengan demikian mari jadikan ujian ini sebagai pelajaran agar kita tidak bersikap pongah dengan kekayaan harta dunia dengan menghalalkan segala cara, dengan lupa hak-hak saudaranya sehingga kita tidak lebih buruk lagi dimata Allah dengan menganggapnya sebagai manusia-manusia serakah "bertubuh manusia tapi berhati dan berakal seperti ulat".

Dan itu baru satu binatang kecil dari ciptaan Allah yang memberikan hikmah, belum lagi jika semua makhluk kecil di negeri ini digerakkan Allah untuk menuntut hak-hak mereka.........bisa-bisa perut kita habis dimakan cacing perut .....

Wallahua'lam bish shawab

Tipuan Maut (Pentingnya Nilai Kejujuran)

Di senja itu hatiku gundah gulana, risau, resah karena aku masih sendiri.
Tiba-tiba aku teringat Facebook yang selalu membantuku mengenal teman yang jauh dan sangat jauh dari pandangan. Disanalah aku melihat salah satu Facebooker menunjukkan foto profil yang begitu cantik, senyum yang manis, kedua bola matanya yang memancarkan cahaya cinta, hingga aku tak sabar untuk mengenalnya.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan pada akhirnya orang yang aku kenal suaranya dan sapaannya semakin akrab di telingaku karena dia meneleponku. Karena kerinduanku akan sentuhan dari seorang gadis yang telah menggodaku akhirnya aku mengajakknya menikah dan resmilah kami jadi suami istri. Namun sayang aku tertipu karena wajah wanita yang tampak di facebook ternyata hanya palsu. Dia tak secantik yang kuduga, suaranya yang merdu kurasakan seperti suara-suara iblis yang merayuku tuk melakukan maksiat, dan kesenangan yang dia tawarkan ternya hanya impian dan isapan jempol belaka.
Kenapa? karena dia bukanlah wanita melainkan laki-laki yang ingin mengambil keuntungan dari kepercayaan dan kebodohanku.
Selamat wahai penipu kini kau dituntut tidak hanya di dunia, tapi juga di akhirat. Aku yakin hari-harimu akan lama di dalam hotel prodeo karena kau akan rasakan tak seperti kenikmatan tidur ketika malam pengantin. Namun yang lebih parah lagi Aku Yang Bodoh dan Tolol yang begitu mudah tertipu oleh wajah yang terpampang di Facebook yang ternyata adalah PALSU alias TOPENG yang tak kan pernah dapat dilupakan hingga tua.

Inspirasi dari Kisah Disana ......

Kisah tentang Pengaruh Keteladanan yang Baik

Dalam Ihya, Imam al-Ghazali meriwayatkan suatu kisah Sahl bin Abdullah at-Tustury mengatakan: "Ketika aku masih berumur tiga tahun, aku pernah bangun pada malam hari dan melihat bagaimana paman saya (saudara ibu, Muhammad bin Siwar) mengerjakan shalat. Pada suatu hari terjadi suatu dialog antara aku dan beliau.

Paman   : Apakah kamu ingat kepada Allah yang telah menciptakanmu?
Aku        : Bagaimana caranya agar aku bisa mengingat-Nya?
Paman   : Ketika kamu berbalik dari pembaringanmu, katakan di dalam hatimu (tanpa menggerakkan bibirmu) sebanyak tiga kali: Allah bersamaku, Allah melihat kepadaku, Allah menjadi saksiku.
Beggitulah malam-malamku-yang kukerjakan-, kemudian aku memberitahukan kepada beliau tentang hal tersebut.
Paman   : Katakan hal itu sebanyak sebelas kali
Aku mengerjakan hal itu...sampai akhirnya aku merasakan manisnya setelah berlalu satu tahun...
Paman   : Peliharalah dan hafalkan apa yang sudah kuajarkan kepadamu, dan terus kerjakan hal itu sampai kamu masuk ke dalam kubur. Karena hal itu sangat berguna bagi dirimu di dunia maupun dinakhirat.
Paman   : Wahai Sahl Orang yang merasa bahwa Allah selalu bersamanya, Allah selalu melihat dan menyaksikan kepadanya, adakah kesempatan untuk melakukan perbuatan maksiat? Maka takutlah kamu untuk melakukan maksiat kepada Allah!

Dari cerita di atas, kita bisa memetik hikmah, bagaimana Muhammad bin Siwar memberikan contoh yang baik kepada Sahl, setelah itu mengarahkan, membimbing, dan melatihnya untuk melakukan baktian (taat) kepada Allah. Sehingga dalam jiwa Sahl (walaupun masih anak-anak ) sudah tertanam esensi keimanan yang sempurna yang melahirkan perasaan bahwa Allah senantiasa mengawasinya, ia benar-benar merasa takut untuk berbuat maksiat.

Andaikan kisah ini bisa jadi teladan bagi kita siapun juga.....insya Allah anak-anak kita, adik-adik kita, dan siapapun yang menjadi tanggungan kita akan menjadi pribadi yang kokoh dan mantap dalam menegakkan agama Allah... Amiin

Jangan Kau Turuti Fikiran dan Nafsumu Tapi Turutilah Kata Hatimu dan Kata Ragamu

Hidup memang penuh dengan cerita. Ada cerita yang menyedihkan dengan perilaku dan sikap serta kondisi yang memprihatinkan. Namun tidak sedikit pula cerita yang menyenangkan, membawa kepuasan dan kekaguman dalam jiwa hingga tak sedikit orang yang mewarnai hidupnya dengan tangisan, ratapan, ambisi yang berlebih terhadap sebuah cita-cita, namun ada juga yang meletakkan hidupnya hanya sekedar mengikuti titah Allah SWT hidup seadanya, qanaah dan bersyukur dengan apa yang diberikan Allah kepada kita.
Aku teringat dengan kakek, beliau yang tua, rambutnya penuh uban, namun tubuhnya masih terlihat sehat dan wajahnya terlihat tenang, tak seperti generasi-generasi sesudahnya meskipun muda sudah terlihat kusut, wajah yang gelisah dan apa yang ditunjukkan dalam sikapnya adalah tidak merasakan ketenangan.

Apa sebenarnya rahasia dari seorang kakek, suatu hari kakek berpesan dalam bahasa daerah yang kental: Ojo mbok turuti pikiran karo nafsumu tapi rungokno ati karo rogomu." (jangan kau turuti fikiran dan nafsumu tapi ikutilah kata hatimu dan apa kata ragamu).
Dari pesan ini aku sempat berfikir apa maksud kakek berkata demikian? Namun aku tersadar bahwa kehidupan kakek yang terlihat tenang merupakan perwujudan sifat hati yang selalu qanaah yang selalu mengukur apa yang hendak dicapainya dengan kemampuan raga untuk menggapainya, dengan selalu mendengar hati ketika akan berbuat.

Sementara apa yang sering terlihat saat ini adalah setiap orang terlalu berangan-angan mengukur diri dengan apa yang diperoleh orang lain. Orang lain memiliki cukup harta sedangkan dia dalam keadaan kekurangan memunculkan sikap iri akan hal-hal yang bersifat duniawi, tetangga memiliki mobil akupun harus memiliki, tetanggaku rumahnya mewah akupun harus memiliki, tanpa mendengar apa kata hatinya "wahai fikiran dan nafsu aku merasa berat tuk berharap berlebih dengan apa yang kita miliki saat ini karena kita sudah cukup menerima nikmat Allah selain itu raga kita sudah tak kuasa tuk mengikuti mereka yang berpunya" Namun bisikan hati tidak memalingkan keinginan dan nafsunya untuk bersaing dengan kekayaan tetangganya hingga pada akhirnya tubuh yang dahulu kuat, jiwa yang tenang kini penuh ambisi dan nafsu tuk duniawi yang berlebihan yang pada akhirnya tidak sedikit di antara mereka yang gagal dengan keinginan dan nafsu mereka rela mengakhiri hidupnya dengan cara yang aniaya. Padahal apa yang telah dimilikinya sudah lebih dari cukup, dan semua tak kan pernah dibawa ketika pemiliknya tiada.
Kepunyaan dan ketiadaan hanyalah seperti hiasan disaat pengantin bersanding pada hari perkawinannya, apa yang nampak sepertinya indah, semua tersedia karena pestanya dengan mewah dan ada juga resepsi perkawinan yang hanya dengan perhiasan seadanya namun kebahagiaan tidak pernah terganggu dengan kesederhanaan karena pesta itu tidak akan lama karena jika pesta sudah berahir semuanya pun akan berakhir kembali kepada pemilik perhiasan.

Begitu pula harta yang ingin kita peroleh anggaplah dia semata-mata yang perhiasan yang ditiitipkan oleh Allah kepada kita karena suatu saat nanti akan diambil kembali oleh pemiliknya.

Nafsu dan fikiran memang membuat seseorang optimis, semangat, namun jika tidak mengukur kemampuan raga dan bisikan hatinya fikiran dan nafsu akan cenderung menenggelamkan pemiliknya ke dalam kesusahan dan kegelisaan yang lama. Karena fikiran dan nafsu tidak akan merasa cukup dengan apa yang diperoleh raga meskipun susah payah raga menjalaninya yang pada akhirnya tidak ada lagi keseimbangan antara fikiran, nafsu, hati dan raga jika sudah demikian rasa bersalah, rasa tersiksa, rasa kalah dan merasa tak terhormat selalu menghantui di setiap gerak hidupnya. Dengan demikian boleh saja fikiran dan nafsu kita turutkan tapi dengan kata raga yang semakin bertambah lemah dan dengankan bisikan hati karena hati selalu mengingatkan dirikita untuk selalu sabar dan ikhlas dan syukur dengan apa yang telah diperoleh dan Tuhannya. Karena hidup di dunia dan perhiasannya hanya titipan dan sementara namun kehirupan akherat adalah lebih kekal.

يا قوم إنما هذه الحياة الدنيا متاع وإن الآخرة هي دار القرار

Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal. (Al Mu'min : 39)

Wallahu a'lam bishshawab