Kamis, 19 Desember 2013

Film Anak-anak Muslim, Cara Sederhana Mengajarkan Kesantunan

Jaman modern saat ini, merupakan saat-saat umat Islam mulai membidik media dakwah yang mudah dan mengena yaitu media film anak-anak muslim.

Film yang tentu saja diramu dan di format dengan setting awal mengenalkan ajaran Islam kepada generasi muda khususnya anak-anak, sekaligus sebagai sarana edukasi agar generasi calon pengganti kepemimpinan nasional tetap dapat terawasi serta dapat dibekali dengan semangat keIslaman. Tentu saja harus memegang prinsip ke-Indonesiaan. Mengapa demikian, karena tontonan inilah sejatinya yang saat ini menjadi alat paling efektif untuk memperkenalkan Islam kepada generasi muda Indonesia.
Meskipun corak film merupakan Islam ala Indonesia juga harus merupakan perwujudan dan manivestasi dakwah Islam yang selalu menekankan nilai rahmatan lil 'alamin, cinta kasih dan perdamaian bagi sesama umat manusia.

Jika kita melihat begitu banyak film anak-anak yang sepertinya telah membanjiri pasar, tidak hanya di televisi yang setiap hari anak-anak dapat melihat secara bebasnya sebuah hiburan, namun dalam kemasan yang ciamik tersebut ternyata ada banyak film yang justru menjerumuskan generasi muda pada sikap yang jauh dari nilai-nilai Islam yang tentu saja jauh dari keteladanan seperti yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.

Sebagaimana kita ketahui bahwa hampir setiap hari, bahkan setiap jam, di televisi dan layar lebar berganti-ganti tayangan yang berbau kesyirikan, kenakalan dan tentu saja ide-ide yang dibawa dalam racikan film tersebut sangat bertentangan dengan konsep Islam. Hal ini tidak dapat dianggap sepele, lantaran rata-rata film anak-anak tersebut diproduksi oleh orang-orang yang rata-rata non muslim, bahkan ada pula di antara pembuat film itu seorang atheis yang tentu saja mempunyai misi besar agar anak-anak ini, khususnya generasi muda Islam dapat dijauhkan dari agamanya. Tidak hanya sampai di situ, bahkan di antara film-film tersebut berusaha membentuk karakter yang seringkali jauh dari nilai akhlak yang terpuji.

Era '80 an yang lalu, dan efeknya sampai saat ini masih terasa adalah dibuatnya sebuah film kartun dengan karakter seekor hewan. Di mana pemeran film tersebut adalah seekor kucing dan tikus yang setiap hari mempertontonkan adegan kekerasan, tingkah jahat dan terkesan keji terhadap makhluk lainnya. Misalnya film Tom And Jerry yang sempat menjadi film box office dengan banyaknya anak yang menyukai film kekerasan versi anak-anak ini.  Meskipun kesan kekerasan tersebut sangat tampak namun sengaja dibungkus dengan rapi karena pemerannya adalah seekor hewan. Akan tetapi, tidak hanya kekerasan yang ditunjukkan, lebih dari itu justru ada banyak adegan mesum seekor kucing dan tikus yang saling berciuman dan tindakan mesum lainnya yang sengaja dipertontonkan kepada anak-anak yang tentu saja akan berdampak secara psikologis.

Karena film tersebut, sedikit demi sedikit anak-anak yang masih suci dan polos harus diajarkan bagaimana memukul teman-temannya, dan tentu saja yang lebih berbahaya adalah pertunjukan mesum yang dibungkus dengan amat rapi. Sehingga banyak penonton khususnya orang tua yang terkecoh akan kelucuan dan kekonyolan yang ditunjukkan masing-masing tokoh dalam film tersebut. Dampaknya yang dapat kita rasakan adalah semakin banyak anak-anak yang bersikap brutal, suka memukul, membuat keributan dan akhir dari pesan amoral tersebut adalah anak-anak yang menyukai kekerasan, mereka menjadi sosok yang tega pada saudaranya, memukul meskipun pada hal-hal yang sangat sepele, banyak pergaulan bebas yang terjadi pada anak-anak di bawah umur. Sejatinya semuanya berdasarkan tontonan yang setiap hari menjadi konsumsi wajib bagi anak-anak.

Buntut dari ide cerita yang tak sepatutnya dipertontonkan tersebut adalah semakin banyak anak-anak yang kehilangan moralnya, perilaku sex bebas dan tentu saja kebejatan yang tentu saja buah dari kesuksesan atas misi besar para penyebar kesesatan.

Dan yang membuat miris adalah jam tayang film tersebut biasanya disaat waktu menjelang maghrib dan di saat anak hendak berangkat sekolah Anak-anak biasanya harus belajar Alqur'an harus kehilangan waktunya lantaran asyik melihat film kekerasan dan mesum versi anak-anak ini. Adapula film Little Krishna yang juga menampilkan ajaran dewa-dewi yang tentu saja berbahaya bagi aqidah anak-anak muslim. Serta ada banyak lagi film-film yang tentu saja memiliki visi terkait agama tertentu yang tentu saja membahayakan aqidah anak-anak Islam di masa mendatang.

Dan masih banyak lagi film anak-anak yang saat ini beredar luas dan dapat dinikmati oleh anak-anak Indonesia yang tentu saja membawa dampak negatif dan tentu saja berbahaya bagi generasi muda Islam yang sudah mulai jauh dari nilai-nilai Islam.


Apa yang semestinya kita perbuat?

Berdasarkan paparan di atas, sejatinya umat muslim mempunyai agenda besar untuk menciptakan sebuah film yang bergenre kasih sayang bagi anak-anak muslim karena dengan film-film yang berisi dakwah dan tentus aja mengajar keshalehan inilah hakekatnya ancaman kemorosan moral dapat dicegah sedini munkin.

Merekrut ahli-ahli komik beragama Islam agar mereka dapat memainkan perannya menciptakan komik dan film kartun anak-anak Islam yang berisi dakwah dan kajian tentu saja ilmu pengetahuan yang dapat bermanfaat bagi masa depan anak-anak Islam.

Membiayai perusahaan film nasional yang bernafaskan Islam dengan sistem perbankan syariah sehingga kreativitas mereka dapat diimplementasikan dalam wadah pencipta film dan komik muslim.

Mengadakan perlombaan film kartun muslim dengan harapan para penulis karya film anak-anak ini memili antusiasme dan tentu saja memiliki ruang untuk berkekspresi sekagis dapat meningkatkan ekonomi masyarakat muslim.

Membuat sebuah film sejatinya membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Oleh karena itu butuh pola manajemen produksi dan tentusaja manajemen pemasaran produk agar film bernuansa Islam dapat diterima di seantero masyarakat muslim pada khususnya, dan kepada penyuka film anak-anak pada umumnya seluruh dunia.

Akan tetapi sepertinya harapan ini tidak serta merta dapat terjadi, akan tetapi tergantung niat dan kerja keras para pemilik sinema dan produsen film muslim. Serta didukung juga oleh para seniman dan para pembuat film tradisional. Jika film tersebut merupakan film komik tentu saja dukungan komikus-komikus muda berbakat yang dapat mewujudkan ide cemerlang dan bernuansa dakwah tentunya.

Oleh karena itu sepatutnya lembaga-lembaga Islam nirlaba menjadi sponsor dan tentu saja sebagai insvestor agar film islami layak tonton dapat menlurkan hasil karya yang sangat bermanfaat bagi anak-anak.

Langkah yang sepatutnya dilakukan orang tua terhadap film-film berbau kesyirikan, kekerasan dan mesum adalah:

Jangan pernah membiarkan anak-anak menikmati tontonan kesyirikan, kekerasan dan mesum yang disuguhkan oleh tayangan film tersebut. Karena sekali saja orang tua lalai, maka akibatnya justru generasi muda Islam yang akan menjadi korban. Bukan hanya anak-anak dan orang tua yang rugi, akan tetapi seluruh generasi Islam yang turut menjadi korban.

Mendampingi dan mengawasi tontonan anak-anak, dan memilihkan tontonan yang layak dan tentu saja film yang mengajarkan tentang nilai-nilai Islam yang luhur.

Dalam firman Allah disebutkan:

Kullu mawluudin yuladu 'alal fithroti faliabawaihi yuhawidaanihi, aw yunashironihi aw yumajisanihi. 

Setiap anak yang terlahir dalam keadaan suci, dan tergantung ayahnyalah anak-anak tersebut akan menjadi Yahudi, Nashrani atau Majusi.

Wassalam.

Tidak ada komentar: