Jumat, 27 Desember 2013

Momentum Tahun Baru 2014 dan Refleksi Bencana Tsunami Aceh 2004







78. karena itu mereka ditimpa gempa, Maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat tinggal mereka.(QS Al A’raaf: 78)


Penulis: M. Ali Amiruddin, S.Ag
Pengajar di SLB N Metro


Bismillahirrohmaanirrohiim

Sebentar lagi, semua orang akan memperingati Tahun Baru Masehi 2014. Pada saat itu semua orang berlomba-lomba membuat malam tersebut menjadi gegap gempita, riuh, tepuk tangan pun membahana dan tak ketinggalan di event tersebut yang paling ditunggu-tunggu adalah di ledakkannya petasan, kembang api yang menyala-nyala di angkasa, suara terompet tanda tahun telah berganti tepat pukul 00.00 WIB semua negara pun tak ketinggalan menghidupkan sirene sebagai tanda berakhirnya tahun tersebut dan dimasukinya tahun yang baru.

Ada yang menarik dalam peringatan tahun baru tersebut, di mana setiap orang memiliki impian, harapan dan cita-cita yang akan diraihnya ketika tahun pun berganti. Ada yang ingin melanjutkan pendidikan, ada yang menikah, ada yang ingin ke luar negeri, berangkat haji atau umroh, ingin menjadi penulis dan ada pula yang sederhana ingin memperbaiki rumah tangganya yang sempat mengalami kegoncangan. 

Semua impian dan cita-cita serta harapan meluncur dari lisan-lisan mereka namun ada pula yang tak dapat mengucapkan satu patahpun kata untuk tahun depan. Kenapa? Karena mereka merasa tahun ini atau tahun depan sama saja. Kehidupan mereka tidak berubah karena kemiskinan yang menjerat. Bahkan semakin tahun berganti justru kemiskinan semakin memberatkan lantaran harga kebutuhan pokok semakin mahal sedangkan usaha yang dilakukan tidak semakin baik. Mereka yang menganggur pun sama saja tidak pernah mendapatkan pekerjaan yang memadai. Dan mereka yang sudah bekerja, ternyata kehidupan mereka tidak juga berubah. Pasalnya karena hasil dari bekerja ternyata tidak pula dapat memenuhi impian dan cita-citanya. Jangankan bermimpi menjad ini dan itu,bermimpi beras di rumah tak pernah kosong pun terlalu berat untuk di lalui.

Sebuah kesenjangan antara kaum miskin dan kaum kaya. Mereka yang kaya mampu menyulam dan merangkai mimpi-mimpi seperti yang mereka inginkan. Lain halnya yang berada di bawah garis kemiskinan, berubah dan tidaknya tahun ini tetap sama saja tidak ada yang berbeda.
Apakah kaum miskin tidak boleh bermimpi? Sepertinya tidak juga kan? Karena bermimpi itu milik semua orang. Andaikan tahun ini mimpinya belum tercapai boleh jadi Tuhan tengah menunggu usaha dan kesabaran kita hingga mimpi-mimpi itu Tuhan wujudkan. Tergantung sejauh mana kita mau berusaha dan bersabar serta berdoa agar mimpi­-mimpi itu dapat diwujudkan.

Akan tetapi, di antara sederet mimpi dan cita-cita yang diucapkan, amat sedikit yang memimpikan dirinya menjadi manusia yang semakin taat beragama, menjadi dermawan, menjadi semakin shaleh  dan tentu saja menjadi manusia yang bermanfaat tuk sesama. Sehingga ketika mimpi tersebut sama sekali tidak bersinggungan dengan konteks sosial sepertinya meskipun tahun berganti tetap tidak memberikan makna apapun selain hanya menumpuk-numpuk uang tanpa memberikan manfaat kepada orang lain.

Anehnya lagi, ketika masyarakat miskin tengah dalam kesusahan, kehidupan yang serba sulit, ternyata ketika tahun baru justru mereka berlomba-lomba dalam kemaksiatan. Mereka menghambur-hamburkan uang dengan sesuatu yang tidak bermanfaat. Dan yang lebih parah lagi di antara muda-mudi itu justru menggunakan malam tahun baru untuk menebarkan kesesatan dalam pergaulan. Mereka melakukan mesum dengan pasangan kencannya, narkoba, minum-minuman keras dan pesta-pesta yang mirip dengan pestanya orang yang kesetanan. Maka pantas saja di tahun baru justru malah terjadi banyak bencana namun sayang sekali sedikit sekali yang menjadikan bencana sebagai pelajaran.



Video : Rekaman Bencana Tsunami Aceh 2004 /YouTube

Jika kita mengingat kembali betapa menyedihkannya bencana Tsunami Aceh beberapa tahun yang lalu, tepatnya 26 Desember 2004 yang telah merenggut banyak korban. Korban tidak hanya dari golongan pembuat maksiat tapi juga golongan anak-anak yang tidak berdosa. Tidak hanya puluhan tapi ribuan nyama melayang karena terjangan tsunami yang meluluh lantakkan sebagian dari wilayah Aceh. Dampaknya sampai saat inipun meninggalkan trauma, ketakutan, bahkan ada pula terkena gangguan jiwa karena tidak mampu menerima kenyataan bahwa harta benda dan keluarganya telah musnah ditelan bencana. 

Tidak hanya nyawa yang dikorbankan, semua harta benda pun telah hancur dalam hitungan jam. Padahal ketika kita mencarinya membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Bertahun-tahun dikumpulkan agar kehidupan menjadi lebih baik. Namun, karena musibah tersebut semuanya sirna begitu saja tanpa sisa.

Dahsyahtnya bencana Tsunami dan berbarengan dengan menjelang tahun baru di mana muda-mudi yang asyikan dengan pergaulan bebas mereka, sex bebas dan penggunaan narkoba serta perzinahan di mana-mana mungkin menjadi satu peringatan bahwa tidak ada yang dapat hidup bebas dengan keinginan sendiri. Akan tetapi, kehidupan seseorang tetap di bawah kendali dan pengawasan Allah SWT. Sehingga jangan dianggap dengan kehidupan bebas tersebut, kita dapat melakukan kebebasan tanpa batas melanggar norma-norma agama.


Video: Rekaman Tunami Jepang 2011 / YouTube

Tahun 2004 yang lalu Bencana Tsunami menerjang Indonesia, dan tidak lupa pula di tahun 2011 Jepang harus diluluh lantakkan oleh gempa bumi dan terjangan tsunami yang juga mengakibatkan banyak korban. Dan belum lama ini 10 November 2013 badai topan haian menerjang sebagian wilayah Philipina yang juga membunuh banyak orang serta memporak-porandakan sarana dan prasarana di sana sepertinya sudah cukup bukti bahwa Allah SWT adalah maha segala-galanya. Tidak ada satupun dapat mengelak dari kuasaNya. Bahwa sehebat apapun kita dan sebanyak apapun harta benda kita hakekatnya amat kecil dibandingkan dengan Kuasa Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa.

Video : Rekaman Badai Topan Haian di Philipina 2013/ YouTube
Bukan bermaksud menafikan kepedihan yang dialami korban bencana tersebut, akan tetapi sebagai sebuah catatan bahwa dunia ini tidak ada yang kekal dan tidak ada yang bebas sebebas-bebasnya tanpa aturan Tuhan. Karena bukan tidak mungkin ketika kesesatan dan kemaksiatan merajalela maka kita semua akan menjadi korban berikutinya. Korban dari bencana dan peringatan Tuhan atas kelalaian kita dalam menyembahNya. 

Wallahua’lam bish shawab
Wassalam