Senin, 30 Agustus 2010

Ibu dan Kewajiban Terhadap Anak

Kasih ibu kepada beta
tak terhingga sepanjang masa
hanya memberi tak harap kembali
bagai sang surya menyinari dunia....


Penggalan lagu Kasih Ibu menginspirasi tulisan betapa seorang ibu bagai mentari bagi anak-anaknya. Ibu sebagai sosok yang amat disanjung dan diagungkan Allah serta Nabi Muhammad SAW di mana Rasulullah menempatkan wanita sebagai seorang ibu berada pada posisi pertama disebutkan dalam Haditsnya setelah ketiganya baru beliau menempatkan ayah.

Selain dijunjung karena kemuliaan seorang ibu selalu lebih dekat dengan anaknya sejak lahir hingga dewasa dibandingkan kedekatan anak dengan ayahnya. Di sini memberikan akibat bahwa seorang ibu benar-benar akan menjadi pena yang akan menorehkan tinta kehidupan kepada anaknya, apakah tinta hitam atau tinta emas, tergantung ibu sebagai sosok yang mengasuhnya sejak dari kandungan.

Sebagai pribadi yang lembut, sabar, dan penyayang juga menjadikan seorang ibu diberikan kodrat yang berbeda dari seorang ayah, di antaranya mengandung, melahirkan dan menyusui anak-anaknya. Hal ini membuktikan bahwa seorang ibu menempati posisi yang sangat urgen dan sentral dalam kehidupan rumah tangga, karena tanpa adanya seorang ibu dalam keluaga akan mengalami kegoncangan dan ketidakstabilan karena tempat berbagi inspirasi, menimbang rasa dan tempat curahan kasih sayang terletak pada seorang ibu. Kenyataan ini juga menempatkan seorang wanita menjadi bagian penting dalam keluarga, memdidik, mengasuh dan mencurahkan perhatian terhadap suami lebih khusus terhadap anak-anaknya karena tugas ini sudah digariskan oleh sang khalik seiring dengan perbedaan kodrati seorang wanita dengan laki-laki.

Namun disisi lain tatkala seorang wanita sudah menuntut kemajuan karir dan pekerjaan dan kurangnya rasa syukur dengan apa yang diberikan suami seorang wanita pada akhirnya berusaha mencari materi demi untuk memenuhi keinginannya tersebut yang sudah tentu akan menyita peran, perhatiannya dan kasih sayangnya kepada suami dan anak-anaknya. Hal ini yang akan mengakibatkan biduk rumah tangga mengalami lepas kendali dan sering kali sang anak menjadi korban yang pada akhirnya banyak di antara mereka yang terjerumus pada arus dunia yang serba glamor dan mengumbar kemaksiatan.

Di sisi positif peran ibu sangat membantu suami dalam mencari nafkah, di sisi negatif anak yang akan menjadi korban. Namun kemudharatan akan lebih besar dari kemanfaatannya.
Alqur'an begitu banyak menceritakan tentang anak dan pentingnya fasa cinta dan kasihsayang. Kehadiran anak-anak dalam sebuah rumah tangga menurut Alqur'an adalah sebagai berikut:

1. Kehadiran anak merupakan karunia serta nikmat dari Allah yang harus disyukuri.

Sebagaimana Allah SWT menjelaskan dalam firman:

ثم رددنا لكم الكرة عليهم وأمددناكم بأموال وبنين وجعلناكم أكثر نفيرا

Kemudian Kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka kembali dan Kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak dan Kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar. (Al-ISra' : 6)

Betapa besarnya karunia dan nikmat dengan kehadiran seorang anak, karena begitu banyak keluarga yang hingga usia senja tidak diberikan seorang anak. Keluarga terasa sepi, hampa dan gersang jika tidak ada suara tangis dan tawa seorang anak. Oleh karena itu betapa tidak mengertinya orang tua khususnya seorang ibu yang tega menelantarkan anaknya hanya demi Karir dan Jabatan tertentu yang berkaitan dengan kehidupan duniawi.

2. Anak merupakan perhisan kehidupan dunia. Allah berfirman:

المال والبنون زينة الحياة الدنيا والباقيات الصالحات خير عند ربك ثوابا وخير أملا

Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi shaleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan. (Al-Kahfi: 46)

3. Kehadiran anak merupakan peristiwa yang membahagiakan (kabar gembira)

Firman Allah dalam Surat Al Maryam ayat 7 menyebutkan "Hai Zakariya, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang bernama Yahya, yang sebelumnya belum pernah Kami menciptakan yang serupa dengan dia.
Sungguh kebahagiaan akan bertambah dari satu keluarga keluarga jika hadir seorang anak dalam rumah tangga mereka.

4. Anak-anak dalam rumahtangga adalah penyejuk hati dan penenang jiwa
Hal ini sejalan dengan Firman Allah yang artinya "...Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami, istri-istri kami dan anak-anak kami sebagai penyenang hati...". (Al Furqan: 74)

5. Kehadiran anak juga merupakan anugerah Allah yang diberikan kepada hamba-Nya yang senang berdzikir dan senantiasa memohon ampun:
"Maka aku katakan kepada mereka: Mohon ampunlah kalian kepada Tuhan kalian, sesungguhnya Dia Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan dengan lebat, dan membahayakan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untuk kalian kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untuk kalian sungai-sungai". (Nuh : 10-12)

6. Allah juga akan memberikan ancaman bagi orang tua yang tidak mau mensyukuri karunia dan nikmat agung ini.
Allah berfirman "Biarkan aku bertindak terhadap orang yang Aku telah menciptakannya sendirian. Dan Aku telah jadikan bagi harta-benda yang banyak". (Al-Mudatsir : 11-12)

7. Kedudukan anak yang sangat tinggi ini dipertegas lagi dengan adanya sumpah Allah yang memakai kata anak:

Begitu cintanya Allah dengan anak-anak hingga Allah bersumpah disebabkan adanya anak. dalam FirmanNya "Aku benar-benar bersumpah dengan kota Mekah ini, dan kamu (Muhammad) bertempat di kota Mekah ini, dan demi bapak dan anaknya. (Al Balad : 1-3)

Begitu tinggi dan mulianya kedudukan anak dihadapan Allah sehingga dengan mulia dan sanyangnya Allah terhadap anak-anak memberikan konsekuensi bagi orang tua atau keluarga agar mereka benar-benar mendidik dan mencintai dan menyangi anak dengan tulus ikhlas karena Allah semata.

Rasulullah adalah suri teladan dalam sikap dan tingkah laku beliau dalam mendidik dan mencitai anak. Di mana setiap kondisi beliau sangat mencintai dan menyayangi anak-anak, sehingga tidak jarang (dalam bergaul bersama mereka) beliau bergurau dan bermain-main bersama mereka. Di sisi lain perhatian dan perlindungan yang beliau berikan terhadap anak sangat tinggi. Oleh karena itu, beliau sangat tidak suka dengan orang-orang yang memperlakukan mereka dengan keras dan kasar apalagi melalaikan tanggung jawab terhadap mereka.

Berdasarkan Alqur'an dan Sunnah Rasulullah sudah cukup memberikan bukti dan psan bahwa Islam memerintahkan agar setiap orang tua lebih khusus ibunya menjaga dan melindungi dan memuliakan anak-anak karena di tangan merekalah bngsa ini akan dibangun dan di bawa apakah menuju kebaikan atau kemungkaran.

Anak-anak merupakan amanat Allah yang ditipkan kepada orang tua. orang tua adalah pemimpin dan pasti akan dimintai pertanggung jawaban atas anak yang dititipkan kepadanya. Karena itu, Islam telah menggariskan beberapa kewajiban yang harus dipenuhi oleh seorang ibu di antaranya:
Hendaknya anak-anak ditanamkan pengertian tentang halal dan haram. Bagaimana sang anak mengerti batas antara yang dibolehkan dan yang dilarang bahkan yang syubhat sekaligus akan menjadi proses penanaman rohani dari sejak dini sehingga menjadi bekal dikemudian hari.
Mengajarkan akan arti kerja keras dan pengorbanan untuk sebuah cita-cita karena tolok ukur kenikmatan dan kebaikan dalam hidup adalah apabila segala sesuatu yang diperoleh berasal dari kerja keras.
Menanamkan sikap hormat menghormati kelestarian agama yang hak. Yakni agama yang mengajak mereka menjunjung tinggi hak-hak kemanusiaan dan pergaulan yang baik lagi harmonis antara sesama umat manusia.mengajak manusia melakukan kebajikan, berjiwa besar, dan memenuhi rohani hatinya dengan cinta kasih terhadap sesama. Disinilah kaum ibu menjadi tolok ukur keberhasilan pendidikan bagi anak-anaknya karena sentuhan dan kasih sayang seorang ibu akan sangat membekas dalam relung sanubari anak.
Bahwasanya seorang anak yang lincah dan kegesitan badan merupakan energi dari otak yang cerdas. Oleh karena itu, peran seorang ibu sangat dibutuhkan bagi anak agar kecerdasan otak dan kelincahan tubuh semakin mengarah pada kebaikan-kebaikan perkembangan selanjutnya.
Perkenalkan agama dengan sepenuhnya agar anak benar-benar mengenal Islam, sehingga terbentuklah pribadi yang benar-benar mengamalkan agama secara kaffah. Karena hakekatnya agama itu bukanlah warisan orang tuanya. Akan tetapi, sejatinya agama Islam adalah ajaran mulia yang harus diberikan kepada anak-anak dan generasi muda kita.
Membiasakan kepada kebiasaan yang baik seperti tidak bersifat rakus, tamak, dan menginginkan apa yang bukan miliknya. Jangan pernah lalai dan lengah dengan prilaku dan aktivitas anak, karena sedikit saja lalai maka kerakusan, ketamakan dan rasa dengki dan keinginan memiliki yang bukan haknya akan menjadi karakter buruk yang terjadi pada anak.
Seorang ibu hendaknya memelihara perkataan yang tidak mendasar di hadapan anaknya. tidak mengajari anak menipu, berbohong. Abdillah bin Amar menerangkan "Pada suatu hari Rasulullah datang ke rumah kami. Ketika itu kami masih kecil. dan kami pergi bermain. Ibu berkata" Wahai Abdillah kemari. Aku akan memberi sesuatu". Kemudian Rasulullah bersabda: "Adakah kamu benar-benar akan memberi sesuatu?" jawab ibu: Ya, akan aku beri anggur." Rasulullah lalu bersabda: "Ingalah!, kalau seandainya kamu tidak memberi sesuatu berarti kamu telah melakukan kebohongan."
Menanamkan sifat amanah agar anak senantiasa jujur dalam kehidupannya. Hal ini dapat dicontohkan ketika seorang ibu hendak bepergian, biasanya anak akan bertanya "Ibu mau pergi kemana? Ibu yang selalu mengajarkan kejujuran dia akan menjawab apa adanya tanpa perlu membohongi anak lantaran takut kepergiannya ditahan oleh anaknya. Sikap jujur ini pula yang akan membekas dalam jiwa sanubari anak dari mendengar dan memahami kata-kata hingga dia dewasa.

Jangan memberikan hadiah di depan anak agar tidak menimbulkan keirian dan kebencian anak. Kecenderungan yang akan terjadi jika seorang ibu memberikan hadiah kepada orang lain di depan anaknya, sering kali anak akan merasa iri atas apa yang diberikan kepada orang lain. Apalagi sang anak tidak pernah sama sekali menerima hadiah seperti yang ditunjukkan oleh ibunya. Kecuali seorang ibu sudah pernah memberikan hadiah yang sama, dengan menunjukkan sikap dan perilaku memberi akan menumbuhkan rasa kedermawan dan saling memberi kepada sesamanya.
Menanamkan nilai agar memuliakan dan menghormati ayah dan pendapat-pendapatnya ke dalam jiwa anak. Seorang ibu hendaknya dididik untuk mengenal sosok ayahnya, ayahnya yang patut menjadi teladan karena akhlaknya dan agar mendengar kata-kata ayahnya karena dengan demikian akan terpatri dalam jiwanya sikap untuk memuliakan dan menghormati seorang ayah.

Semakin baik seorang ibu dalam memberikan perhatian kasih sayang dan pendidikan secara serius maka efek negatif arus globalisasi yang cenderung kepada kehancuran moral akan dapat dihindari. Namun demikian tidak hanya ibu keterkaitan pendidikan juga akan sangat didukung oleh teladan dari keduanya ibu dan ayahnya, seperti dalam kondisi apapun jauhi berkata bohong karena anak tidak akan terbentuk kepribadiannya jika di dalam pendidikan itu terselip kebohongan. Dan kebohongan itu justru akan merusak nilai-nilai kejujuran yang telah ditanamkan pada sang anak. menanamkan hidup teratur kepada anak sehingga pada akhirnya akan terbentuk pribadi yang disiplin, membiasakan perkerjaan yang baik sejak kecil sehingga secara tidak langsung anak akan memiliki benteng keimanan dan akhlak yang kuat terhadap agamanya.

Membentuk Kepribadian Anak


Keteladanan yang ditunjukkan orang tua lebih khusus ibu (yang disaksikan dan dirasakan anak) termasuk hal yang memiliki bekas dan pengaruh tersendiri di dalam jiwa dan kepribadian anak Dari interaksi antara anak dan ibunya dalam kehidupan sehari disebut oleh Muhyidin sebagai modelling karena tanpa adanya keteladanan yang baik dari orang tua, maka cukup sulit menanamkan nilai-nilai pendidikan dan memberikan pesan-pesan kebajikan. Seperti contoh akan sulit mendidik anak untuk berpakaian yang sopan tatkala ibu selalu berpakaian seronok dan kurang sopan ditambah lagi menjadi kebiasaan dari ibu ketika di rumah maupun ketika bekerja di tambah lagi sangat sedikit melakukan interaksi dan kontak batin antara anak dan ibunya. Perilaku ibu yang selalu pemurah, jujur, berani, teguh mengemban dan menjalankan amanat, menghormati yang lebih tua, mengasihi yang lebih muda dan seterusnya akan berdampak positif terhadap pembentukan kepribadian anak karena Islam mengajarkan agar orang tua senantiasa mencegah dirinya dan keluarganya dari api neraka.

Sebagaimana firman Allah :

يا أيها الذين آمنوا قوا أنفسكم وأهليكم نارا وقودها الناس والحجارة عليها ملائكة غلاظ شداد لا يعصون الله ما أمرهم ويفعلون ما يؤمرون

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (At-Tahriim : 6)

Karena anak-anak terlahir dalam keadaan suci bersih ibara kertas putih yang belum berisi coretan sedikitpun untuk itu seorang ibu dan ayahnya senantiasa bekerja sama tuk saling memahami tugas dan fungsinya dalam rumah tangga agar fungsi ibu sebagai pendidik anak dapat dilaksanakan dengan baik dan berkelanjutan hingga anak-anak dewasa.

Anak yang senantiasa mendengar dan menyaksikan kebohongan di depan matanya maka dia akan berkembang menjadi anak yang tidak memiliki kejujuran.

Anak yang sering menyaksikan penipuan dan pengkhianatan, tidak akan menjadi orang yang siap memikul dan mengagungkan amanat.

Anak yang senantiasa mendengar kata-kata kotor dan fulgar (kufur, laknat, cacian, dan hinaan) dari mulutnya tidak akan mengalir kata-kata yang indah dan manis.

Anak yang terbiasa mendapat perlakuan yang keras dan kasar dari orang tuanya, tidak akan memiliki rasa cinta dan kasih sayang.


Catatan akhir dari tulisan ini adalah ibu hendaknya mendidik anak dengan tiga perkara, Mencintai Nabinya, mencintai ahlil baitnya dan senang membaca Alqur'an (HR Tabrani, Ibnu Najar dan Ad-Dailami yang bersumber dari Ali) kemudian doakan anak-anak kita dengan doa yang baik "...Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami leturunan kami penyenang hati (kami).

Wallahul A'lam bish Shawab.

Wassalam

Sumber:
Kegelisaan Rasulullah Mendengar Tangis Anak, oleh Muhyidin Abdul Hamid
Selamatkan keluargamu dari Neraka,oleh Ahmad Mudjab Mahalli