Jumat, 17 Mei 2013

Kisah Keteladanan

Dalam kitab Ihya 'Ulumuddin, Imam al-Ghazali meriwayatkan suatu kisah Sahl bin Abdullah at-Tustury mengatakan: "Ketika aku masih berumur tiga tahun, aku pernah bangun pada malam hari dan melihat bagaimana paman saya (saudara ibu, Muhammad bin Siwar) mengerjakan shalat. Pada suatu hari terjadi suatu dialog antara aku dan beliau.

Paman     : Apakah kamu ingat kepada Allah yang telah menciptakanmu?
Aku         : Bagaimana caranya agar aku bisa mengingat-Nya?
Paman   : Ketika kamu berbalik dari pembaringanmu, katakan di dalam hatimu (tanpa menggerakkan bibirmu) sebanyak tiga kali: Allah bersamaku, Allah melihat kepadaku, Allah menjadi saksiku.
Begitulah malam-malamku-yang kukerjakan-, kemudian aku memberitahukan kepada beliau tentang hal tersebut.
Paman    : Katakan hal itu sebanyak sebelas kali
Aku mengerjakan hal itu...sampai akhirnya aku merasakan manisnya setelah berlalu satu tahun...
Paman   : Peliharalah dan hafalkan apa yang sudah kuajarkan kepadamu, dan terus kerjakan hal itu sampai kamu masuk ke dalam kubur. Karena hal itu sangat berguna bagi dirimu di dunia maupun dinakhirat.
Paman  : Wahai Sahl Orang yang merasa bahwa Allah selalu bersamanya, Allah selalu melihat dan menyaksikan kepadanya, adakah kesempatan untuk melakukan perbuatan maksiat? Maka takutlah kamu untuk melakukan maksiat kepada Allah!

Dari cerita di atas, kita bisa memetik hikmah, bagaimana Muhammad bin Siwar memberikan contoh yang baik kepada Sahl, setelah itu mengarahkan, membimbing, dan melatihnya untuk melakukan baktian (taat) kepada Allah. Sehingga dalam jiwa Sahl (walaupun masih anak-anak ) sudah tertanam esensi keimanan yang sempurna yang melahirkan perasaan bahwa Allah senantiasa mengawasinya, ia benar-benar merasa takut untuk berbuat maksiat.

Andaikan kisah ini bisa jadi teladan bagi kita siapun juga.....insya Allah anak-anak kita, adik-adik kita, dan siapapun yang menjadi tanggungan kita akan menjadi pribadi yang kokoh dan mantap dalam menegakkan agama Allah... Amiin