Kamis, 09 Juni 2011

Jangan Kau Turuti Fikiran dan Nafsumu Tapi Turutilah Kata Hatimu dan Kata Ragamu

Hidup memang penuh dengan cerita. Ada cerita yang menyedihkan dengan perilaku dan sikap serta kondisi yang memprihatinkan. Namun tidak sedikit pula cerita yang menyenangkan, membawa kepuasan dan kekaguman dalam jiwa hingga tak sedikit orang yang mewarnai hidupnya dengan tangisan, ratapan, ambisi yang berlebih terhadap sebuah cita-cita, namun ada juga yang meletakkan hidupnya hanya sekedar mengikuti titah Allah SWT hidup seadanya, qanaah dan bersyukur dengan apa yang diberikan Allah kepada kita.
Aku teringat dengan kakek, beliau yang tua, rambutnya penuh uban, namun tubuhnya masih terlihat sehat dan wajahnya terlihat tenang, tak seperti generasi-generasi sesudahnya meskipun muda sudah terlihat kusut, wajah yang gelisah dan apa yang ditunjukkan dalam sikapnya adalah tidak merasakan ketenangan.

Apa sebenarnya rahasia dari seorang kakek, suatu hari kakek berpesan dalam bahasa daerah yang kental: Ojo mbok turuti pikiran karo nafsumu tapi rungokno ati karo rogomu." (jangan kau turuti fikiran dan nafsumu tapi ikutilah kata hatimu dan apa kata ragamu).
Dari pesan ini aku sempat berfikir apa maksud kakek berkata demikian? Namun aku tersadar bahwa kehidupan kakek yang terlihat tenang merupakan perwujudan sifat hati yang selalu qanaah yang selalu mengukur apa yang hendak dicapainya dengan kemampuan raga untuk menggapainya, dengan selalu mendengar hati ketika akan berbuat.

Sementara apa yang sering terlihat saat ini adalah setiap orang terlalu berangan-angan mengukur diri dengan apa yang diperoleh orang lain. Orang lain memiliki cukup harta sedangkan dia dalam keadaan kekurangan memunculkan sikap iri akan hal-hal yang bersifat duniawi, tetangga memiliki mobil akupun harus memiliki, tetanggaku rumahnya mewah akupun harus memiliki, tanpa mendengar apa kata hatinya "wahai fikiran dan nafsu aku merasa berat tuk berharap berlebih dengan apa yang kita miliki saat ini karena kita sudah cukup menerima nikmat Allah selain itu raga kita sudah tak kuasa tuk mengikuti mereka yang berpunya" Namun bisikan hati tidak memalingkan keinginan dan nafsunya untuk bersaing dengan kekayaan tetangganya hingga pada akhirnya tubuh yang dahulu kuat, jiwa yang tenang kini penuh ambisi dan nafsu tuk duniawi yang berlebihan yang pada akhirnya tidak sedikit di antara mereka yang gagal dengan keinginan dan nafsu mereka rela mengakhiri hidupnya dengan cara yang aniaya. Padahal apa yang telah dimilikinya sudah lebih dari cukup, dan semua tak kan pernah dibawa ketika pemiliknya tiada.
Kepunyaan dan ketiadaan hanyalah seperti hiasan disaat pengantin bersanding pada hari perkawinannya, apa yang nampak sepertinya indah, semua tersedia karena pestanya dengan mewah dan ada juga resepsi perkawinan yang hanya dengan perhiasan seadanya namun kebahagiaan tidak pernah terganggu dengan kesederhanaan karena pesta itu tidak akan lama karena jika pesta sudah berahir semuanya pun akan berakhir kembali kepada pemilik perhiasan.

Begitu pula harta yang ingin kita peroleh anggaplah dia semata-mata yang perhiasan yang ditiitipkan oleh Allah kepada kita karena suatu saat nanti akan diambil kembali oleh pemiliknya.

Nafsu dan fikiran memang membuat seseorang optimis, semangat, namun jika tidak mengukur kemampuan raga dan bisikan hatinya fikiran dan nafsu akan cenderung menenggelamkan pemiliknya ke dalam kesusahan dan kegelisaan yang lama. Karena fikiran dan nafsu tidak akan merasa cukup dengan apa yang diperoleh raga meskipun susah payah raga menjalaninya yang pada akhirnya tidak ada lagi keseimbangan antara fikiran, nafsu, hati dan raga jika sudah demikian rasa bersalah, rasa tersiksa, rasa kalah dan merasa tak terhormat selalu menghantui di setiap gerak hidupnya. Dengan demikian boleh saja fikiran dan nafsu kita turutkan tapi dengan kata raga yang semakin bertambah lemah dan dengankan bisikan hati karena hati selalu mengingatkan dirikita untuk selalu sabar dan ikhlas dan syukur dengan apa yang telah diperoleh dan Tuhannya. Karena hidup di dunia dan perhiasannya hanya titipan dan sementara namun kehirupan akherat adalah lebih kekal.

يا قوم إنما هذه الحياة الدنيا متاع وإن الآخرة هي دار القرار

Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal. (Al Mu'min : 39)

Wallahu a'lam bishshawab

Tidak ada komentar: